Related Posts
-
Mitos, Kesalahpahaman, dan Fakta Mengenai Gangguan Jiwa
Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah orang yang didiagnosis dengan gangguan mental telah meningkat pesat.
Dilansir dari suara.com kesenjangan mulai dari depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia dan banyak lagi. Bahkan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 1 dari 4 orang berisiko mengalami penyakit/gangguan jiwa.
Kebanyakan orang berpikir bahwa orang dengan gangguan mental atau gangguan psikoemosional hanyalah orang “gila”. Nyatanya, tidak semua orang dengan gangguan jiwa bisa disebut “gila” secara medis.
Secara medis, yang disebut orang “gila” adalah orang dengan gangguan psikotik.
Gangguan psikotik adalah suatu kondisi di mana seseorang tidak dapat membedakan antara dunia nyata dan imajiner atau ketika pikiran mengalami distorsi parah yang menyebabkan gangguan kontrol diri.
Lantas, apa saja mitos gangguan jiwa yang sering dijumpai di masyarakat?
1. Gangguan psikologis yang disebabkan oleh kelemahan kepribadian
Salah satu mitos tentang gangguan jiwa yang sering ditemui adalah orang dengan gangguan jiwa dipandang sebagai orang dengan kepribadian lemah yang tidak mampu menghadapi masalah.
Faktanya, banyak penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa penyakit mental dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor biologis seperti sel normal dan aktivitas kimia di otak, faktor psikologis seperti trauma emosional, pertumbuhan spiritual.
Orang dengan gangguan jiwa tidak selalu lemah secara mental, seperti halnya orang dengan penyakit fisik seperti diabetes atau tekanan darah tinggi misalnya, tidak selalu tampak lemah secara fisik pada umumnya.
Salah satu contohnya adalah Michael Phelps, perenang peraih medali emas paling terkenal dalam sejarah Olimpiade, yang menderita gangguan depresi walikota beberapa kali dalam hidupnya, dan menyalahgunakan obat-obatan untuk mengobati depresi sendiri sebelum dia melya per.
Tolong. Pangeran Harry dari Inggris, 20 tahun setelah kematian ibunya, hanya mencari bantuan untuk masalah emosionalnya ketika kondisinya semakin memburuk. Mereka berdua bukanlah orang yang lemah. Oleh karena itu, gangguan jiwa bisa menyerang siapa saja, kapan saja.
2. Mereka hanya terjadi pada orang dewasa
Sudah menjadi pemahaman umum bahwa anak dan remaja tidak dapat mengalami gangguan jiwa karena belum mengalami beban dan masalah. Faktanya, 1 dari 10 anak dan remaja dapat menderita gangguan jiwa.
Michael Phelps yang disebutkan di atas telah terdaftar sebagai anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD; Attention Deficit Hyperactivity Disorder) sejak ia masih kecil yang latihan renang intensifnya dapat digunakan sebagai alternatif.
Pada masa kanak-kanak, masalah dalam keluarga, sekolah, penggunaan alat, dan pergaulan sering menjadi penyebab atau akibat dari gangguan jiwa pada anak atau remaja, termasuk yang kurang ringan misalnya hanya gangguan belajar dalam belajar.
Pastikan anak dan remaja mendapatkan pertolongan yang tepat sejak dini agar kondisinya tidak semakin parah di kemudian hari.
3. Depresi berarti kesedihan
Kesedihan adalah reaksi normal saat kita merasakan kegagalan atau kehilangan dalam hidup, yang terkadang juga disertai dengan reaksi “depresi”, namun reaksi sedih atau “depresi” berbeda dengan depresi. terlibat atau Hanya dengan saran.
Depresi sebagai penyakit terutama ditandai dengan suasana hati atau suasana hati yang tidak nyaman yang berlangsung lama dan terputus-putus, tidak selalu memiliki penyebab sebagai pemicu, dan disertai dengan banyak dering a la belain.
Orang dengan depresi mengalami kesulitan merasa bahagia atau bersemangat tentang hal-hal yang biasanya mereka nikmati. Mengatakan sesuatu seperti, “Jangan depresi, ayo keluar dan bersenang-senang…” kepada orang yang berisiko mengalami depresi.
Depresi bukanlah urusan mereka dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan bersenang-senang.
4. Orang dengan gangguan jiwa pasti berbahaya
Banyak orang dengan gangguan jiwa—terutama mereka yang jelas-jelas berbobot berat, sembrono, atau lalai—takut seolah-olah masing-masing harus melakukan kejahatan.
Tetapi sebenarnya orang dengan gangguan mental tidak lebih agresif atau berbahaya dari yang lain.
Tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa jenis gangguan jiwa dapat membuat individu melakukan kejahatan, namun diketahui dari banyak penelitian bahwa tidak ada hubungan langsung antara gangguan jiwa dengan perilaku kritis.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris menyatakan bahwa hanya 3-5% kejahatan yang dilakukan oleh seseorang dengan gangguan jiwa.
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa orang dengan gangguan jiwa lebih sering menjadi korban kejahatan, hingga 10 kali lebih sering daripada orang tanpa gangguan jiwa.
-
Dampak Penggunaan Ekstasi di Kalangan Remaja
Dilansir dari Pikiran Rakyat, Badan Pengendalian Narkotika Nasional menjelaskan bahwa sekitar 180 dari 10.000 penduduk Indonesia berusia antara 15 dan 64 tahun terpapar narkoba pada tahun 2019.
Narkoba, seperti dua sisi mata uang, adalah zat yang dapat memberikan manfaat obat sekaligus membahayakan kesehatan.
Jika disalahgunakan, bisa berakibat fatal bagi fungsi tubuh secara keseluruhan.
Seperti yang Anda ketahui, kematian juga merupakan salah satu efek narkoba yang sering ditemukan.
Dampak penyalahgunaan narkoba
Peredaran darah dan efek penyalahgunaan narkoba pada tubuh manusia sangat mengganggu.
The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th Edition (DMS-4) mendefinisikan penggunaan zat sebagai pola maladaptif.
Artinya, penyalahgunaan obat menyebabkan gangguan klinis yang signifikan. Berikut ini adalah berbagai dampak penggunaan narkoba terhadap kesehatan berdasarkan Pikiran Rakyat, antara lain:
1. Halusinasi berulang
Ayat 1 Pasal 1 UU Narkotika menyebutkan bahwa narkoba adalah zat sintetis atau berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Terutama obat-obatan jenis LSD (lysergic acid diethylamide) dan jamur, hal ini dapat memberikan efek halusinogen.
Halusinasi ini membuat penderitanya tidak bisa berpikir jernih, apalagi berkonsentrasi.
Dalam jangka panjang, efek mengonsumsi obat ini membuat seseorang kecanduan.
2. Efek tenang dan menyenangkan
Ada beberapa jenis obat yang termasuk dalam jenis obat ini lho. Hal ini umumnya digunakan dalam proses pemulihan dari penyakit.
Sebuah studi di Science Direct menunjukkan bahwa morfin memiliki efek menenangkan pada tubuh.
Cara kerjanya adalah membuat orang tersebut merasa tidak sakit dan menciptakan rasa tenang.
Namun, jika digunakan dalam dosis berlebihan, dapat menyebabkan kecanduan.
Ini awalnya menyinggung karena pengguna merasa efeknya menyenangkan.
3. Dehidrasi atau kekurangan cairan
Efek MDMA pada tubuh manusia dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Akibatnya, tubuh akan mengalami dehidrasi.
Jika efek ini berlanjut, tubuh akan mengalami gejala seperti:
- kram
- halusinasi muncul
- perilaku yang lebih agresif
- Sengal-sengal
Efek jangka panjang dari dehidrasi dapat menyebabkan kerusakan otak.
4. Gangguan gastrointestinal
Efek penggunaan ganja pada tubuh manusia seringkali adalah gangguan pencernaan.
Gangguan gastrointestinal meliputi mual, muntah, dan nyeri perut.
Tidak hanya itu, overdosis juga dapat menyebabkan gangguan ketakutan dan kecemasan yang berlebihan.
Jika penggunaan ganja terus dilakukan dalam waktu lama, ganja akan menimbulkan efek buruk seperti gangguan mental dan depresi.
5. Tidur terus menerus
Domolide adalah salah satu obat tidur yang paling sering disalahgunakan dan merupakan zat psikotropika.
Pengguna yang mengonsumsi obat dalam dosis berlebihan, efeknya membuat tubuh sangat rileks.
Oleh karena itu, kesadaran akan dampak penyalahgunaan narkoba seringkali berkurang secara signifikan.
Dalam beberapa kasus pengguna tidur terus-menerus dan tidak bangun pada waktu tertentu.
6. gangguan perilaku
Narkoba merupakan jenis obat yang mempunyai efek tidak teratur.
Efek jangka panjang dari obat dapat menyebabkan ketidaksadaran dan mengganggu koordinasi tubuh.
Bahkan, hilangnya kesadaran sering membuat orang tersebut bingung dan terjadi perubahan perilaku.
Efek obat berisiko tinggi adalah amnesia, yang membuat sulit untuk mengenali lingkungan sekitarnya.
Ini juga meningkatkan risiko mengembangkan gangguan mental, perubahan suasana hati, dan penyakit mental lainnya.
7. Penyakit kardiovaskular
Dampak penyalahgunaan narkoba menimbulkan gangguan kesehatan.
Obat-obatan stimulan, seperti kokain dan metamfetamin, dapat merusak jantung dan pembuluh darah Anda.
Beberapa gejala yang bisa dirasakan dari masalah jantung antara lain:
- Sengal-sengal
- sulit bernafas
- nafas pendek
- tangan berkeringat
- Sakit dada dan punggung
Penggunaan obat ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit arteri koroner, detak jantung tidak teratur, dan serangan jantung.
8. Masalah pernapasan
Obat yang dihirup atau dihirup dapat merusak sistem pernapasan.
Efek penggunaan obat ini dapat menyebabkan infeksi dan penyakit pernapasan kronis.
Opioid memperlambat pernapasan seseorang dengan mengikat jaringan sistem saraf pusat.
Dengan menekan pernapasan seseorang, obat ini dapat menyebabkan pernapasan lambat atau dengkuran berat.
Seringkali, obat-obatan ini disalahgunakan dengan alat bantu tidur atau alkohol.
9. Emosi Tak Terkendali
Narkoba seperti kokain atau heroin berdampak buruk bagi tubuh dan lingkungan.
Bagi orang-orang di lingkungan pengguna, ini dapat meningkatkan risiko dilecehkan secara fisik atau emosional.
Pengguna akan merasakan emosi yang tidak terkendali, seperti kemarahan yang berakhir dengan kekacauan.
Kecanduan narkoba mengubah persepsi dan dapat menciptakan ketidakseimbangan emosional.
10. Penyakit hati
Penyalahgunaan zat sering mempengaruhi kesehatan fisik.
Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol kronis dapat merusak sel-sel hati dan menyebabkan peradangan.
Gagal hati adalah salah satu konsekuensi paling umum dari penyalahgunaan obat dalam tubuh manusia.
11. Koneksi Ganda
Meskipun penggunaan narkoba pada awalnya bersifat sukarela, namun dapat berdampak pada lingkungan.
Bagi orang-orang di lingkungan pengguna, ini membuat informasi yang diberikan salah.
Ini karena fungsi otak yang buruk dan keputusan tidak dapat dibuat dengan benar.
Pengguna narkoba seperti kokain, ganja, dan metamfetamin adalah orang yang paling sering merasakan efek ini.
12. Gangguan Dopamin
Sejumlah obat telah terbukti mengubah cara kerja otak. Ini mengganggu kemampuan individu untuk membuat keputusan.
Dampak penyalahgunaan narkoba disertai dengan rasa ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan.
Obat-obatan membuat otak memproduksi dopamin dalam jumlah berlebihan.
Lonjakan dopamin ini menyebabkan euforia atau euforia yang berhubungan dengan penggunaan narkoba.